10 Mei 2008

aduh Binung Mo Ngasi Judul apa..??



Walaupun Pemilu 2009 masih lama dilaksanakan akan tetapi hal itu bukan lah waktu yang relatif panjang untuk kebanyakan Parpol yang telah mengambil ancang-ancang untuk ikut berpartisipasi ke dalam kehidupan politik Indonesia yg labil.
Ada sisi positif yang dapat kita serap dari muncul nya partai-partai baru, hal tersebut menandakan bahwa partisipasi masyarakat dalam kehidupan Politik kian meningkat, kita lihat saja diberbagai media massa sudah banyak bermunculan Parpol baru yang menyiapkan kelengkapan untuk mampu maju dalam perhelatan akbar pemilu 2009. Sedanglam parpol yang telah “usang” pun tidak mau kalah menyebarkan eksistensi mereka, dengan berbagai cara mereka lakukan untuk menunjukkan bahwa mereka masih memiliki massa yang cukup untuk bersaing dengan parpol yang masih bau kencur itu. Akan tetapi masalah intern dalam tubuh Parpo itu sendiri juga sering terjadi, entah perbedaan persepsi ato ideologi yang dimiliki masing kubu ato apalah ,,!!!
Kini tinggal masyarakat yang pintar-pintar memilih Partai politik mana yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik dan harus mampu menyaring mana Interest Group ato pressure group. karena tanpa adanya proses itu masyarakat tidak akan merubah mampu kebudayaan politik yang sering disebut dengan kebudayaan politik subyek (subyek political culture) dimana struktur masyaratkat menjadi struktur yang vertikal herarkis, yantg membawa akibat masyarakat hanya sebagai ‘kawula” yang memang sudah dikodratkan untuk menerima keadaan dan tidak ada kemampuan untuk merubah serta hanya pasrah terhadap kebijkan penguasa.
Saatnya kita bangkit dari jiwa yang apatis, kita seharusnya lebih kritis terhadap kehidupan politik yang sudah miris. Selamatkan apa yang manjadi hak kita sebagai rakyat, lawan semua bentuk pembodohan oleh sistem politik yang mengatas namakan RAKYAT.
Jangan sampai kita mewariskan suatu Negara yang siap untuk dilelang kepada Negara Imprealis….! ! ! ! ! !! ! ! !

08 Mei 2008

Pembajakan Reformasi..!!!!


Reformasi...ya Reformasi..,,,

ibarat sinetron indonesia.,,'JUDUL BEDA TAPI TEMA SAMA".,cuma bisa ngangkat kepahitan akan hidup.,,amarah dan air mata..,ga ada proses pembelajaran dari itu semua.,,Reformasi yg di teriak2n oleh ka2 mahasiswa taon 98 kaya nya udah dibajak,dibajak nya bukan sama Kapten Jack Sparrow.,,tapi ma pembajak elit-elit politik.,.,,liat aja ada ga yg berubah..!!??
ya ada c.,,tapi minim bgt.,rakyat masih banyak yg lapar.,eh apalagi rencana ahir Mei BBm tbakalan naek.,,ya otomatis barang yg laen ikut naek.,.,kalo yg nerti sejarah tentu masih ingat inflasi yg mncapai lebih dari 100% .,inflasi waktu zaman nya OrBa.,,tapi masa itu bleh dikatakan sesuatu yg wajar cz kita adalah negara batu.,,sekarang....???

Huufz...Pikir ja ndiri gimana...!! hehehhe

Kembali Kepada Para Pembajak Reformasi...

kayanya Reformasi cuma nyentuh struktur politik yg dikonversi dari ORba ya bleh dikatakan perubahan yang jalan ditempat itu sebagai silent revolution..,,struktur yang berubah akan tetapi budaya nya yg ga berubah, makanya sekarang negara kesan nya seperti "rumah tangga para elit tai kucing itu" hehehehe..,,,

dan juga partai politik udah ga kehilangan navigasi nya.,
tau arah ya mau kemana.,,tapi ngawur ja jalan nya.,sependek yg aq tau c.,,partai politik punya tiga fungsi,yaitu, sebagai sarana konikasi,,intinya c buat nyalurin aspirasi rakyat.Faktanya..????9 ga terealisasi,,kemudian sebagai saran sosialisasi politik,,ya dibagian ni mereka jadi seles,,nawarin ideologi bahkan cita-cita,,Faktanya gerekan ni kaya gerekan kepentingan yg mikirin diri sendiri d.dan yg terakhir sarana rekrutmen.,,nah ini di yg masih berjalan normal...kebanyakan ngerekrut buat memperbesar imprealis kekuasaan mereka..,,,

sampai kapan ya Reformasi jalan sesuai dgn hakikat nya.,,

masa reformasi dibajak ma anak sendiri.,,
gimana mo bener..,,mau berbuat baik ja.,,eh tau2 masih ada iblis dalam otak mereka.,.,

ya sudah lah.,,ga perlu banyak tanya..,

sapa Iblis dan sapa penjilat dan sapa yang terkhianati.,,
kita semua sudah tau....

06 Mei 2008

Era Inderawi


Kita sebagai bangsa saat ini mungkin tengah memulai memasuki dan berkenalan secarea lebih nyata dengan era baru dari sebuah zaman dimana pragmatisme yang memuja kegunaan, sekularisme yang menghamba keserbaduniawian, materialiisme yang memuja serba materi, dan hedonisme yang serba mendambakan kesenangan telah hadir sebagai suatu keniscayaan dari proses perkembangan kehidupan kita yang telah lama dipacu oleh perkembangan ekonomi dan moderinisasi yang serba inderawi. Suatu keniscayaan dari persentuhan kira dengan dunia luar secara super cepat melalui pintu baru yang bernama globalisasi yang membaut bangsa ini gampang dan leluasa “belajar” tentang kebudayaan asing yang ikut mengajarkan keserbagunaan, budaya materi dan hidup serba tenang dan bebas tanpa iktan-ikatan nilai dan norma sebagaimana yang selama ini menjadi acuan hidup kita sebagai bangsa bergama dan berfalsafah Pancasila.
Pendek kata, jika pragmatisme atau mentalitas menerabas itu merupakan hal yang cenderung berkembang saat ini dalam kehidupan bermasyarakat kita, secara situasional hal itu merupakan suatu hal yang tidak lepas dari kondisi umum kehidupan kemasyarakatan kita kini yang telah terstruktur oleh kebudayaan inderawi yang mengajarkan pola hidup yang berorientasi kepada kepraktisan, kebendaan, kemudahan dan hal-hal instant yang lainnya tanpa perlu mendialogkan dan merujukkan dengan hal-hal bormatof yang mematok keharusan prilaku yang baik, yang benar, yang sacral, yang luhur dan yang mulia.
Nilai-nilai yang normatif yang adi luhung itu mungkin mulai dipandang sebagai tidak praktis dan fungsional, lebih-lebih jika diproyksikan dengan ambisi besar kita untuk membangun peradaban yang megah dimasa depan dimana industri dan iptek menjadi primadona kebudayaan. Kendatipun, dalam tatana ideal dan formal konsepsional, kita dikatakan menuju sebuah peradaban bangsa yang dihuni oleh manusia Indonesaia seutuhnya. Kita tentu tak menginginkan kebudayaan bangsa ini berjalan timpang dan sekali lagi, medah-mudahan beragam kasus yang muncul kepermukaan belakangan ini bukan gambaran dari pragmatisme sikap hidup masyarakat kita dalam struktur kebudayaan inderawi yang serba meuja kepraktisan, kebendaan, keduniawian.